AzHtSQZp1iZslulol6LhbSRfPW3X0CLkhgLjs78N
Bookmark

Upaya Peningkatan Kemampuan Literasi Digital di Masyarakat


"Bangsa yang besar ditandai dengan masyarakat yang literat, yang memiliki peradaban tinggi dan aktif memajukan masyarakat dunia. Keberliterasian dalam konteks ini bukan lagi sekedar urusan bagaimana suatu bangsa bebas dari buta aksara, melainkan juga, dan yang lebih penting, bagaimana warga bangsa tersebut memiliki kecakapan hidup agar mampu bersaing dan bersanding dengan negara lain untuk menciptakan kesejahteraan dunia." - Muhadjir Effendy, 2017
***

Perkembangan teknologi dan informasi yang pesat pada saat ini seolah-olah memaksa manusia untuk selalu berinteraksi dengan internet setiap hari. Bagaimana tidak? Orang-orang jaman sekarang hampir tidak bisa lepas dari internet. Bekerja butuh koneksi internet. Berkirim kabar ke orang-orang terdekat butuh internet. Mencari informasi butuh Internet. Bahkan membeli makanan pun butuh koneksi internet. 

Internet seakan-akan menjadi bagian penting yang tidak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari kita. Jadi rasanya tidak berlebihan kalau saya bilang saat ini internet seperti menjadi kebutuhan "pokok" keempat bagi manusia setelah pangan, sandang dan papan. Memang kenyataannya seperti itu, kan? 

Pengguna internet saat ini pun semakin meningkat dari tahun ke tahun, tidak terkecuali di Indonesia. Berdasarkan survey yang diadakan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2017, penetrasi pengguna internet di Indonesia sudah mencapai 143,26 juta jiwa, dari total populasi penduduk Indonesia yang berjumlah 262 juta orang. Itu artinya 54,68% atau lebih dari sebagian penduduk indonesia sudah melek terhadap internet. Wow, sungguh angka yang fantastis, kan?

source: apjii.or.id/survei2017

Seiring dengan berkembangnya teknologi yang pesat khususnya dalam penggunaan internet, tentunya hal ini mendorong perubahan di segala bidang, tidak terkecuali di dunia literasi. Mungkin sebelumnya kita hanya tahu literasi adalah kemampuan melek huruf (aksara) yang didalamnya meliputi kemampuan membaca dan menulis. Tetapi sekarang pengertian literasi itu sudah berkembang luas dan literasi sendiri sudah dibagi menjadi beberapa jenis, salah satunya adalah literasi digital.

Dengan adanya kemampuan dalam literasi digital, masyarakat diharapkan tidak hanya memiliki keterampilan baca dan tulis secara tradisional saja, tetapi juga memiliki kemampuan komunikasi dan keterampilan analitik yang melibatkan media digital dalam mencari dan menggunakan informasi yang didapat secara bijak, untuk menunjang kehidupan sehari-harinya. 

Lalu sebenarnya literasi digital itu apa, sih? Sebelum membahas tentang upaya peningkatan kemampuan literasi digital di masyarakat, ada baiknya kita memahami dulu pengertian dari literasi digital. 

Apa Itu Literasi Digital?

source: gln.kemdikbud.go.id

Secara sederhana, literasi digital merupakan kemampuan untuk mencari, memahami dan menggunakan informasi dari berbagai sumber digital dengan bijak. Jika mengacu pada buku materi pendukung Gerakan Literasi Nasional yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2017), definisi lengkap dari literasi digital adalah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat dan patuh hukum dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari
.

Jadi, literasi digital ini tidak hanya mencakup pada kemampuan mencari dan membaca informasi dari media digital saja, tetapi dibutuhkan pula suatu proses berpikir secara kritis untuk mengevaluasi, menggunakan dan memanfaatkan informasi yang didapat dari berbagai sumber digital secara benar, cermat, beretika dan penuh tanggung jawab. 


Konsep dari literasi digital sendiri sudah muncul cukup lama, tepatnya sejak tahun 1997 yang dipelopori oleh tokoh bernama Paul Gilster. Konsep literasi digital berakar pada literasi komputer dan literasi informasi. Literasi komputer berkembang pada tahun 1980an ketika saat itu komputer sudah banyak digunakan baik di lingkungan bisnis maupun di masyarakat. Sedangkan literasi informasi muncul pada tahun 1990an dimana informasi sudah semakin mudah disusun, diakses dan disebarluaskan melalui teknologi informasi yang ada. 


Lalu, apa manfaat dari literasi digital itu sendiri? Manfaatnya ada banyak sekali. Mulai dari mendapatkan berita terkini secara real time, menghemat waktu dan biaya saat mencari informasi, terhindar dari konten internet yang negatif dan masih banyak lagi. Berikut adalah manfaat dari literasi digital menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. 


Source: gln.kemdikbud.go.id 

Upaya Apa yang Dapat Dilakukan Untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi Digital di Masyarakat?


1. Peningkatan Fasilitas Publik yang Mendukung Literasi Digital

source: palembang.tribunnews.com
Saat ini sudah banyak perpustakaan umum daerah yang menyediakan akses internet gratis dalam rangka meningkatkan fasilitas publik yang mendukung gerakan literasi digital. Internet tersebut bisa diakses baik dengan laptop sendiri (WiFi) maupun melalui komputer yang sudah tersedia di pojok internet. Bagi masyarakat hal ini tentunya membantu sekali, khususnya dalam mencari informasi secara cepat dan efisien.

Akan tetapi, tidak semua golongan masyarakat dapat menjangkau perpustakaan umum yang ada di daerahnya. Bagi masyarakat yang tempat tinggalnya jauh dari perpustakaan tentunya akan kesulitan dalam menikmati fasilitas tersebut. Oleh karena itu, pemerintah pusat maupun daerah perlu mengadakan fasilitas internet gratis yang dapat menjangkau seluruh kalangan masyarakat. Contohnya, pengadaan pojok internet di ruang publik seperti di kantor pemerintahan desa, kantor kelurahan, stasiun, pasar, rumah sakit, kantor polisi, terminal, pelabuhan dan lainnya.

Tidak hanya akses internet saja, ruang publik yang menyediakan pojok internet gratis juga bisa menyediakan buku elektronik (e-book) yang bertemakan teknologi informasi dan komunikasi yang dapat dibaca oleh pengunjung. Buku-buku ini dapat diunduh secara gratis di portal repositori Kemdikbud. Selain itu bisa juga diberikan papan rekomendasi berisi daftar alamat website portal berita yang terjamin kredibilitasnya, yang dapat digunakan pengunjung dalam mencari informasi dan berita terkini. Tujuan pemberian fasilitas-fasilitas ini adalah agar masyarakat dapat menambah wawasannya terkait dunia teknologi informasi dan komunikasi, mengurangi resiko dari dampak internet yang negatif dan secara langsung meningkatkan kemampuan literasi digitalnya.

source: poskotanews.com
Selain akses internet gratis, pengadaan papan atau layar digital di ruang publik juga dapat diupayakan pemerintah untuk mendukung gerakan literasi digital di masyarakat. Pemerintah memang sudah banyak memberikan fasilitas layar digital di ruang publik, seperti di stasiun, terminal, bandara dan pelabuhan. Akan tetapi menurut saya hal ini tidaklah cukup dalam menjangkau semua kalangan masyarakat. Konten informasi yang diberikan pun cenderung bertema tunggal yang mayoritas hanya berisi informasi seputar jadwal transportasi dan iklan komersil saja. 

Kedepannya saya rasa pemerintah perlu memberikan fasilitas layar digital di ruang publik lain seperti di kantor kelurahan, pasar, taman kota, rumah sakit, kantor polisi dan ruang publik lainnya, agar dapat menjangkau lapisan masyarakat lebih luas lagi. Konten-konten yang ditampilkan pun harus dibuat semenarik dan seinformatif mungkin dengan tema yang beragam, seperti kabar berita terkini, informasi seputar perkembangan teknologi, informasi pendidikan, pengetahuan sains sederhana dan lainnya. Sehingga dapat menambah pengetahuan orang-orang yang membacanya. 


2. Pengadaan Pelatihan dan Kegiatan Literasi Digital di Masyarakat
source: kubbu.net

Upaya yang kedua adalah dengan mengadakan pelatihan dan kegiatan literasi digital di masyarakat. Kegiatan ini banyak sekali contohnya. Misalnya, memperkenalkan aplikasi-aplikasi resmi untuk membaca buku secara gratis dan legal di smartphone. Aplikasi tersebut seperti iPusnas, iJakarta, Google Play Book, Novel Nusantara atau bisa juga mengunjungi website penyedia buku gratis di internet seperti Repositori Kemdikbud. Kegiatan ini bertujuan agar masyarakat, khususnya siswa sekolah, menggunakan smartphone tidak hanya untuk mengakses media sosial atau berkirim kabar saja, tetapi juga untuk membaca buku sehingga dapat meningkatkan kemampuan literasinya.

Selain itu, penguatan literasi digital juga bisa dilakukan dengan cara membuat pelatihan penulisan dan pembuatan blog di masyarakat, khususnya di kalangan anak muda. Melalui pelatihan ini, masyarakat yang memiliki hobi menulis dapat menuangkan ide kreatif tulisannya menjadi artikel yang diposting di blog pribadinya.

Sebagai platform atau media jurnal harian daring, blog bisa digunakan sebagai wadah menulis dan menyebarkan konten positif yang dapat dibaca oleh banyak orang. Hal ini tentunya memiliki dampak yang positif karena tidak hanya mengasah kemampuan literasi digital seseorang, tetapi juga mengasah bakat mereka di bidang menulis.

Saat ini banyak sekali platform blogging untuk menuangkan hasil tulisan di media digital seperti Blogger, WordPress, Medium, Kompasiana, Write.as, Kaskus dan masih banyak lagi lainnya. Komunitas-komunitas blogger di Indonesia pun sudah semakin banyak dengan latar belakang yang beraneka ragam. Ada komunitas blogger traveler, pecinta kuliner, komunitas blogger regional, blogger santri, bahkan komunitas ibu-ibu blogger pun ada. 

Dengan adanya komunitas blogger ini, para anggotanya tidak hanya berkesempatan menjalin tali silaturahmi dengan sesama blogger yang punya hobi sama saja, tetapi juga bisa mengadakan kegiatan-kegiatan bersama yang positif seperti seminar pelatihan blog, sharing session terkait hobi/pekerjaan, kegiatan bakti sosial, bedah buku, kegiatan unjuk seni literasi dan masih banyak lagi lainnya.


Source: Instagram.com/kubbu_bpj

Salah satu komunitas blogger yang menurut saya rutin sekali mengadakan kegiatan-kegiatan berbau literasi adalah Klub Blogger dan Buku Backpacker Jakarta (KUBBU BPJ). Komunitas yang berdiri sejak tahun 2015 ini merupakan bagian dari komunitas Backpacker Jakarta (BPJ). Awalnya komunitas yang sering disebut KUBBU ini memiliki tujuan sebagai wadah untuk menampung anggota Backpacker Jakarta yang gemar membaca dan menulis. Seiring berjalannya waktu, komunitas ini bertambah besar dan sering mengadakan kegiatan-kegiatan yang tidak hanya untuk anggotanya saja, tetapi juga dapat diikuti oleh masyarakat umum.

Dari pengamatan saya pribadi, banyak sekali kegiatan-kegiatan positif yang telah diselenggarakan oleh KUBBU, khususnya dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terkait pentingnya literasi digital. Contohnya seperti mengadakan sesi penulisan karya tulis bagi anggotanya, kunjungan dalam rangka bertemu pakar di dunia literasi, gathering sesama anggota blogger, bedah buku, sharing session terkait isu-isu di dunia literasi, workshop penulisan dan pelatihan blog, bakti sosial, traveling bersama dan masih banyak yang lain. Hebat, kan? 


Source: kubbu.net

Tahun 2019, tepatnya di bulan November - Desember ini, komunitas KUBBU kembali menggelar acara dan kegiatan yang bertemakan literasi. Acara kali ini bertajuk Karya Tahunan dan Festival Literasi 2019 (Karnaval 2019). Acara ini diselenggarakan dalam rangka memperingati ulang tahun KUBBU yang ke-4. Berbagai kegiatan dan lomba yang berkaitan dengan literasi pun diadakan, seperti blog competition, lomba menulis puisi dan cerpen, lomba membaca puisi dan cerpen, peluncuran buku, malam keakraban bersama anggota KUBBU dan lain-lain. Dengan kegiatan-kegiatan positifnya yang secara langsung telah mendukung gerakan literasi digital ini, rasanya tidak salah untuk menyebut komunitas KUBBU sebagai salah satu komunitas yang aktif membantu pemerintah dalam melaksanakan gerakan literasi nasional.

3. Sosialisasi Penggunaan Internet yang Benar dan Keberadaan UU ITE
source: wartantb.com
Seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya, semakin pesatnya perkembangan teknologi dan informasi, semakin banyak pula orang yang mencari informasi melalui internet. Sayangnya, masih banyak masyarakat yang belum paham tentang etika menggunakan internet yang benar, khususnya dalam mencari dan menyebarkan informasi yang didapat dari media digital. 

Saat ini masih banyak orang-orang yang percaya dan "menelan" informasi yang mereka dapat secara mentah-mentah, tanpa mengecek kebenarannya terlebih dahulu. Sedihnya lagi,  informasi tersebut mereka sebarkan kembali melalui media sosial (Instagram, Twitter, Facebook, blog) dan aplikasi messenger (WhatsApp, LINE, Telegram). Akibatnya hal ini menjadi menjalar luas kemana-mana. Padahal kredibilitas sumber dan kebenaran isi informasi tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan. Sungguh meresahkan, bukan? 

Ini juga yang menjadi salah satu penyebab mengapa banyak orang-orang yang masih percaya terhadap informasi/berita hoax, ujaran kebencian dan paham radikalisme yang disebarkan melalui internet, khususnya di sosial media. Mereka belum bisa membedakan mana informasi yang tidak benar, mana informasi yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan.

Untuk menghindari hal-hal seperti ini, diperlukan sosialisasi dan penyuluhan ke masyarakat terkait etika dalam menggunakan Internet khususnya dalam mencari dan menyebarkan informasi. Bagaimana caranya? Tentunya hal ini perlu dukungan dari pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah. Tujuannya adalah untuk mensosialisasikan dan memberikan penyuluhan terkait pentingnya kemampuan literasi digital di masa ini agar terhindar dari efek-efek negatif yang ada di Internet. Dalam mendukung aksi ini pemerintah juga bisa bekerja sama dengan komunitas-komunitas pegiat literasi maupun relawan pendidikan yang ada di daerah setempat. 

Penyuluhan dan sosialisasi yang bisa diberikan antara lain bagaimana cara berselancar di internet yang benar, tips agar terhindar dari informasi/berita hoax, bagaimana cara mencari informasi yang kredibel di portal-portal berita, etika dalam menggunakan internet dan masih banyak lagi. Sasarannya pun beragam. Bisa di komunitas pemuda karang taruna, komunitas ibu-ibu PKK, komunitas keagamaan desa, sekolah-sekolah bahkan bisa juga mengadakan sosialisasi di ruang-ruang publik daerah setempat. 

source: literasidigital.id

Tidak hanya sosialisasi seputar teknologi dan media digital saja, saya rasa semua kalangan masyarakat juga perlu diberikan informasi terkait keberadaan Undang Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik atau yang lebih dikenal dengan sebutan UU ITE. 

Saat ini memang sudah banyak diadakan seminar dan sosialisasi terkait UU ITE, namun pesertanya masih didominasi oleh kaum pelajar, mahasiswa dan akademisi saja. Artinya sosialisasi tersebut belum menjangkau semua golongan masyarakat yang ada di Indonesia. Contohnya seperti warga yang tidak tuntas menyelesaikan pendidikan dasar tapi dapat menggunakan dan mengakses media digital. 

Tujuan dari pemberian informasi UU ITE ini adalah agar seluruh lapisan masyarakat dapat memahami hukum yang berlaku di Indonesia terkait penyalahgunaan teknologi dan media digital. Harapannya, selain menekan tingkat kriminalitas dan pelanggaran dari UU ITE itu sendiri, masyarakat juga bisa tumbuh kesadarannya untuk menjaga etika dalam menggunakan teknologi dan media digital disertai rasa tanggung jawab. 

Selain itu, masyarakat juga perlu dihimbau untuk mencari informasi hanya di portal - portal berita yang sudah terjamin kredibilitasnya saja, khususnya media digital yang sudah terverifikasi oleh Dewan Pers Indonesia. Apabila sosialisasi ini bisa rutin dilakukan tentunya bisa menurunkan tingkat keberadaan konten-konten internet yang negatif seperti berita/informasi hoax, ujaran kebencian dan paham radikalisme yang sedang marak beredar di internet saat ini. 


Kesimpulan

Dari semua upaya-upaya yang telah dijabarkan di atas, kita dapat mengambil kesimpulan betapa penting dan urgent-nya kemampuan literasi digital di kalangan masyarakat untuk menghadapi abad 21 yang serba digital ini. Dengan adanya literasi digital diharapkan masyarakat, khususnya generasi muda, dapat menggunakan dan memanfaatkan teknologi dan media digital yang ada secara cerdas, bijak dan produktif. Sehingga kita tidak mudah terpengaruh oleh konten-konten negatif yang ada di internet. 

Jadi, marilah bersama-sama turut membantu pemerintah dalam mengkampanyekan budaya literasi digital di Indonesia, meskipun dengan cara yang paling sederhana. Bukankah warga negara yang baik adalah warga yang turut andil dan peduli terhadap kemajuan bangsanya, iya kan?

***

Referensi: 
  • Kemdikbud RI. 2017. Materi Pendukung Gerakan Literasi Nasional. Jakarta
  • APJII. 2017. Survey Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia Tahun 2017. Jakarta
6 comments

6 comments

  • AMAR MA'RRUF
    AMAR MA'RRUF
    13 December 2019 at 15:47
    Mantab om... Menurut saya malah seharusnya dalam pelajaran TIK atau pelajaran PKn di sekolah perlu disisipi materi mengenai cara bersosial yang baik di Dunia Online.
    • AMAR MA'RRUF
      Abe (Jurnalabe.com)
      15 December 2019 at 08:00
      Betul sekali, mas. Pemberian materi terkait cara beretika di internet mungkin bisa menjadi upaya peningkatan kemampuan literasi digital di lingkungan sekolah. Saya setuju banget itu :)
    Reply
  • Zae Abjal
    Zae Abjal
    9 December 2019 at 23:46
    Jejak dulu, bacanya nanti belakangan.. ��

    zae.abjal.blogspot.com
    • Zae Abjal
      Abe (Jurnalabe.com)
      10 December 2019 at 04:20
      Haha oke gan 👍🏻😁
    Reply
  • Einid Shandy
    Einid Shandy
    9 December 2019 at 09:57
    Hai Kak,
    Informasi yang disampaikan lengkap sekali, termasuk bagaimana cara menjadi pengguna internet anti hoax. Sub tema "hoax" ini memang tengah menjadi salah satu tema penting saat ini karena masyarakat Indonesia masih belum tahu caranya membedakan berita hoax atau bukan.

    Aku paling sering di grup whatsapp keluarga mendapatkan informasi yang hoax dan mereka yang memberikan informasi adalah senior-senior, jadi mau negur kadang ya nggak enak juga.

    Tapi, semoga literasi digital di Indonesia berkembang dengan baik ya Kak.
    • Einid Shandy
      Abe (Jurnalabe.com)
      9 December 2019 at 13:47
      Hai, kak Einid.
      Sama banget, kak. Di whatsapp group keluargaku juga banyak seliwar seliwer berita hoax, sedihnya banyak banget anggota keluarga yg percaya dan menelan infonya mentah2..😢

      Aku berharap ke depannya pemerintah bisa memperluas lagi aksi Gerakan Literasi Nasional-nya, khususnya literasi digital. Nggak hanya mengadakan seminar2 di pusat kota atau sekolah2 aja tapi jg mengadakan sosialisasi di desa2 karena banyak banget warga yg sudah senior-senior dan gampang banget kemakan hoax.

      Di lain sisi aku jg bersyukur sekarang sudah banyak komunitas-komunitas pegiat literasi yang ikut membantu menyebarkan awareness terkait pentingnya literasi digital.. 👍🏻😊

      Terima kasih sudah berkunjung, kak.
    Reply